Tuesday, March 11, 2014

Troubleshooting Router Mikrotik

Setiap router miktrotik di design untuk hidup selama 24 jam 7 hari berturut - turut. Jika router mikrotik Anda yang sudah berbulan - bulan atau bahkan bertahun - tahun berjalan normal tiba tiba tidak bekerja sebagaimana mestinya, jangan panik dulu. Pertama kita harus pikirkan terlebih dahulu apakah perangkat tersebut masih bisa kita cek dan perbaiki sendiri atau perlu klaim garansi. Seperti halnya bidang kedokteran, kita perlu tahu penyakit yang diderita pasien dan apa sebabnya. Hal tersebut diterapkan juga di dunia IT yang biasa disebut dengan troubleshooting, yakni mencari sumber masalah secara sistematis sehingga masalah tersebut bisa diatasi. Berikut tips untuk troubleshooting router Mikrotik.

Sebelum cek hal yang lebih detail, cek terlebih dahulu kondisi fisik router. Apakah kabel tercabut atau indikasi ketidakberesan secara fisik lainya. Anda bisa juga coba perhatikan bunyi beep dan nyala lampu indikator LED ethernet atau indikator LED Power saat kabel power dihubungkan. Jika router masih bisa bunyi beep, Anda bisa ikuti step selanjutnya dengan cek proses booting. Ada beberapa router yang tidak memiliki beeper, untuk routerboard jenis seperti ini, selama indikator LED power menyala, anda bisa ikuti langkah perbaikan selanjutnya.

Jika Anda memiliki kabel serial dan router Anda adalah jenis router yang memiliki port serial, Anda bisa melihat proses booting router mikrotik. Anda bisa cek apakah proses booting normal atau ada masalah, seperti misalnya kernel panic. Kernel panic menyebabkan router gagal booting, sehingga router tidak dapat di remote dan membuat router tidak berjalan sebagaimana mestinya. Biasanya kernel panic dikarenakan lonjakan listrik yang tidak stabil atau terlalu sering mematikan router tanpa proses shutdown via software. Nah, dari tahapan cek awal tadi nantinya kita bisa menentukan langkah perbaikan awal.

Tombol Reset

Ketika router Anda mengalami kerusakan ringan, misal karena kesalahan setting sehingga router tidak dapat diremote. Pertolongan pertama yang bisa Anda lakukan ada dengan melakukan reset konfigurasi. Reset konfigurasi bisa dilakukan dengan menggunakan tombol reset yang terdapat di setiap board mikrotik, letaknya mungkin berbeda - beda tergantung jenis router. Pada router indoor, dibagian casing biasanya terdapat lubang kecil dengan keterangan "Reset" didekatnya. Sedangkan untuk router outdoor, Anda perlu membuka casing terlebih dahulu. Contoh gambar tombol reset :



Untuk melakukan reset konfigurasi pada routerboard bisa dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  • Lepas power adaptor.
  • Tekan tombol reset yang disediakan.
  • Sambil tetap ditahan tombol resetnya, tancapkan power adaptornya.
  • Tunggu kurang lebih 30 detik, dan lepaskan tombol resetnya.
  • Restart ulang router anda, dan router anda sudah kembali ke default konfigurasi.

Hard Reset

Jika sudah mencoba melakukan reset menggunakan tombol reset namun proses reset belum berhasil, Anda bisa lakukan hard reset. Pada beberapa produk tertentu, Anda harus membuka casing untuk bisa melakukan hard reset . Jangan khawatir, kami tidak memasang segel pada casing router sehingga memungkinkan untuk buka casing. Pada bagian board, akan ada tembaga berbentuk lingkaran namun satu sisi dengan sisi lainnya tidak saling terhubung, jadi seperti huruf C yang saling berhadapan. Lebih jelasnya, silahkan lihat gambar dibawah ini :


Untuk produk yang sudah embedded sepeti RB750, RB751U-2HnD, dll biasanya ada lubang dibagian bawah. Di dalam lubang tersebut akan terlihat tembaga seperti yang kami sebutkan tadi. Untuk melakukan hard reset pada router anda, silahkan ikuti langkah berikut:

  • Matikan power adaptor router anda
  • Sambungkan/short sisi-sisi yang terpotong jumper hole dengan pinset/obeng.
  • Contoh reset hole seperti pada gambar dibawah
  • Sambil tetap ditahan reset holenya, anda nyalakan power adaptor anda.
  • Tunggu -+30 detik, kemudian lepaskan jumper reset hole anda
  • Selesai, router anda sudah tereset.
    
Saat anda melakukan reset konfigurasi, semua konfigurasi yang ada didalam router akan dihapus, termasuk username dan password anda. Untuk login setelah reset, anda bisa menggunakan username=admin, password=(kosong tidak usah diisi)

Netinstall

Ketika router mengalami gagal booting karena system corrupt, perbaikan tidak dapat dilakukan dengan cara reset. Namun Anda harus melakukan Netinstall. Langkah ini mungkin menjadi langkah terakhir untuk pertolongan pertama pada router yang bermasalah. Netinstall adalah salah satu cara untuk melakukan install ulang router.

Untuk langkah  yang harus dilakukan saat netinstall, Anda bisa pelajari video berikut : http://www.mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=25

Beberapa router tidak memiliki port serial, sehingga kit tidak dapat mensetting BIOS router via serial console supaya booting via ethernet. Solusinya adalah dengan menggunakan tombol reset. Persiapannya hampir sama dengan video netinstall diatas, akan tetapi tanpa kabel serial. Untuk cara melakukan netinstall router menggunakan kabel serial, Anda bisa ikuti langkah berikut :

  • Cabut power adaptor router anda
  • Tekan tombol reset kecil yang ada di router anda, dan anda tahan.
  • Sambil tetap ditahan, anda nyalakan power adaptornya
  • Tunggu beberapa saat, nanti di program Netinstall anda akan muncul mac-address dari router anda. Selanjutnya, lakukan installasi seperti di video link sebelumnya.

Troubleshooting  diatas merupakan langkah awal sebelum Anda melakukan klaim garansi pada saat router mengalami kerusakan yang masih dalam taraf kerusakan ringan.  Dalam artian router masih menyala ketika dikoneksikan kabel power.  Jika tidak ada bunyi beep dan indikator LED ether mati atau Anda sudah mencoba semua langkah daiatas namun belum juga berhasil, silahkan isi formulis RMA untuk melakukan klaim garansi.

Pengkabelan

Pada saat kita berbicara, agar suara yang kita ucapkan bisa sampai ke telinga rekan yang kita ajak bicara, dibutuhkan sebuah media trasnmisi, dalam hal ini udara. Setiap jaringan komputer juga membutuhkan media transmisi. Media transmisi jaringan komputer ada banyak, bisa menggunakan media kabel, gelombang radio / wireless, infra red, bluetooth, atau saat ini yang populer menggunakan media cahaya (fiber optic). Kebanyakan media transmisi yang digunakan saat ini adalah jenis kabel. Setiap jenis kabel khususnya mempunyai kemampuan dan spesifikasinya yang berbeda, oleh karena itu dibuatlah pengenalan tipe kabel. 
Kabel Twisted Pair
Kabel twisted-pair adalah jenis kabel yang digunakan untuk komunikasi telepon dan sebagian besar jaringan Ethernet modern. Sepasang kabel membentuk sebuah jalur yang dapat mengirimkan data. Pasangan kebel tersebut dibuat saling melilit untuk memberikan perlindungan terhadap "crosstalk", atau gangguan yang dihasilkan oleh pasangan kabel yang berdekatan. Ketika arus listrik mengalir melalui kawat kabel, akan menciptakan medan magnet kecil melingkar di sekitar kawat. Ketika dua kabel dalam sebuah sirkuit listrik ditempatkan berdekatan, dan medan magnet mereka adalah kebalikan dari satu sama lain, dengan demikian dua medan magnet akan saling menghilangkan satu sama lain. Pasangan kabel tersebut juga akan menghilangkan setiap medan magnet yang berasal dari luar kabel. Dengan memutar kabel maka akan dapat meningkatkan efek saling menghilangkan medan magnet dan secara efektif dapat memberikan perlindungan pada kabel jaringan. Ada 2 jenis umum pada kabel jenis twisted-pair, unshielded twisted pair (UTP) dan shielded twisted pair (STP) 
UTP
Kabel UTP adalah media transmisi yang terdiri dari 4 pasang kawat. Kabel UTP digunakan dalam berbagai jaringan. Masing-masing dari delapan kabel tembaga individu dalam kabel UTP ditutupi oleh bahan isolasi. Selain itu, kabel di setiap pasangan yang melilit satu sama lain.
Kabel UTP sering dikombinasikan dengan menggunakan Registered Jack 45 (RJ-45) konektor. RJ-45 adalah konektor delapan kabel yang digunakan biasanya untuk menghubungkan komputer ke sebuah local-area network (LAN), khususnya Ethernet. 
Kabel UTP memiliki empat pasang dengan ukuran kawat tembaga 22 atau 24 gauge (gauge merupakan standart pengurkuran kabel). Salah satu faktor yang membedakan kabel UTP dengan kabel lain salah satunya kabel UTP memiliki impedansi 100 ohm. meskipun dahulu kabel UTP dikatakan memiliki kecepatan transfer yang lambat, namun dalam perkembangannya sekarang mampu melewatkan trafik hingga 1 Gbps. Maksimal panjang kabel UTP adalah 100 meter.
STP
Hampir sama dengan UTP hanya saja setiap pasang kawat dibungkus dengan foil logam. Keempat pasang kawan akan dibungkus lagi dengan foil logam atau serabut logam. Tujuannya adaalh untuk mengurangi gangguan seperti electric noise, medan magnet, dll. STP bisa dikombinasikan dengan STP Data Connector atau bisa juga dengan RJ45. Maksimal panjang kabel STP adalah 100 meter. Karena lebih tahan dari noise, kabel STP ini lebih banyak digunakan untuk pengaplikasian outdoor, seperti kabel yang menuju AP di tower.
Standart Pengkabelan
Setiap kawat didalam kabel jaringan memiliki fungsi yang berbeda sehingga kita tidak bisa asal crimping. Ada dua standart pengkabelan yang paling sering digunakan yaitu : EIA/TIA 568A dan EIA/TIA 568B, dengan cara mengurutkan sususan kabel berdasarkan warna.
EIA/TIA 568A
Susunan kabel dengan standart EIA/TIA 568A dimulai dengan kabel berwarna putih hijau. maka susunan kabel akan menjadi seperti berikut :
1. Putih Hijau
2. Hijau
3. Putih Orange
4. Biru
5. Putih Biru
6. Orange
7. Putih Coklat
8. Coklat
 
EIA/TIA 568B
Susunan kabel dengan standart EIA/TIA 568B dimulai dengan warna putih orange. Urutan lengkap kabel dengan standart ini seperti berikut :
1. Putih Orange
2. Orange
3. Putih Hijau
4. Biru
5. Putih Biru
6. Hijau
7. Putih Coklat
8. Coklat  
Kabel Cross & Straight
Pada saat kita bicara tentang pengurutan pin kabel jaringan, tentu sebutan Crossover dan Straight sering kita dengar. Kabel straight merupakan kabel yang ujung awal dengan ujung akhir kabel memiliki urutan pin yang sama. Contoh kabel straight dengan standart pengurutan pin EIA/TIA 568B
Maka ujung dengan dan ujung belakang sama - sama memiliki susunan pin EIA/TIA 568B. Kemudian untuk kabel cross, sesuai namanya artinya susunan pin berlawanan, atau berseberangan.
Kabel straight dan cross memang sama - sama menghubungkan device ke device lain dalam jaringan komputer, namun device yang bisa dihubungkan dengan masing - masing jenis kabel ini berbeda. Derikut tabel device yang akan dihubungkan dan kabel yang dibutuhkan : 
 
Auto MDI/MDI-X
Perangkat terbaru saat ini biasanya sudah mendukung Auto MDI/MDI-X. Perangkat yang sudah support Auto MDI/MDI-X bisa dihubungkan dengan kabel straight maupun kabel cross. Perangkat akan mendeteksi apakah koneksi membutuhkan crossover, dan secara otomatis akan menggunakan konfigurasi MDI atau MDIX untuk menyamakan koneksi perangkat lawan.
Pengkabelan
Sebelum melakukan pengkabelan, ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan terlebih dahulu, misalnya berapa jumlah komputer yang akan dihubungkan. Kemudian jarak antar node perangkat.
Alat yang Dibutuhkan
untuk melakukan pengkabelan, siapkan beberapa alat berikut :
  • Cable UTP/STP, tentukan berapa panjang kabel, dan berapa jumlah kabel yang dibutuhkan. Kualitas kabel juga berbeda pada tiap merk.
  • RJ45, yang nanti akan digunakan sebagai konektor kabel.
  • Crimping Tool, untuk melakukan pemasangan konekstor RJ45 ke kabel UTP/STP, biasanya disebit crimping.
  • LAN Tester, ketika proses pembuatan kabel jaringan sudah selesai, hal terakhir yang perlu dilakukan adalah testing. LAN tester ini digunakan untuk melakukan tsting terhadap kabel jaringan. Indikasi apakah kabel berfungdi dengan normal bisa dari indikator buyi beep LAN tester atau bisa juga dari nyala lampu LED.
Cara Pengkabelan
  1. Kupas bagian ujung kabel UTP, kira-kira 2 cm.
  2. Buka pilinan kabel, luruskan dan urutankan kabel sesuai standar TIA/EIA 368B
  3. Setelah urutannya sesuai standar, potong dan ratakan ujung kabel, Masukan kabel yang sudah lurus dan sejajar tersebut ke dalam konektor RJ-45, dan pastikan semua kabel posisinya sudah benar. 
  4. Lakukan crimping menggunakan crimping tools, tekan crimping tool dan pastikan semua pin (kuningan) pada konektor RJ-45 sudah “menggigit” tiap-tiap kabel. Setelah selesai pada ujung yang satu, lakukan lagi pada ujung yang lain.
  5. Langkah terakhir adalah menge-cek kabel yang sudah kita buat tadi dengan menggunakan LAN tester, caranya masukan masing-masing ujung kabel (konektor RJ-45) ke masing2 port yang tersedia pada LAN tester, nyalakan dan pastikan semua lampu LED menyala sesuai dengan urutan kabel yang kita buat.
Pastikan ujung kabel UTP yang telah terpasang konektor RJ-45 dengan benar, selubung kabel (warna biru) juga ikut sedikit masuk kedalam konektor.

USB Tethering Android di Mikrotik

Di update Mikrotik RouterOS 6.7, selain melakukan perbaikan-perbaikan terhadap fitur sebelumnya, ada satu fitur tambahan yang menarik. Di RouterOS v.6.7 ini, Mikrotik support untuk Android USB tethering interface. Bisa dilihat di Changelog RouterOS versi 6 disini : http://www.mikrotik.com/download/CHANGELOG_6

Tethering merupakan salah satu cara untuk melakukan sharing koneksi internet dari satu device ke device yang lain, misalnya sharing koneksi internet dari smartphone ke device lain seperti laptop. Sharing koneksi ini bisa menggunakan media bluetooth, wireless, atau kabel USB. Dalam konteks artikel ini, kita akan melakukan sharing internet dari smartphone Android ke router Mikrotik menggunakan media kabel USB.

Pertama, kita harus siapkan RouterBoard yang mempunyai USB port. Pada percobaan ini kami mengguankan RB751U-2HnD. Jangan lupa upgrade terlebih dahulu RB751U-2HnD menggunakan RoS versi 6.7. Setelah proses upgrade selesai, siapkan gadget Android Anda. Di percobaan ini kami coba beberapa merk hardware dengan versi Android 2.3.x dan 4.1.x.

Seperti yang kita tahu sebelumnya, port USB pada RouterBoard bisa digunakan untuk external storage atau dihubungkan dengan modem. Kali ini, kita hubungkan gadget Android via kabel USB ke RouterBoard. Kemudian aktifkan USB Tethering di gadget Android. Berikut cara untuk meng-aktifkan fitur tethering di Android versi 4.1.

Jika Anda menggunakan android dengan versi yang berbeda, mungkin settingan juga agak sedikit berbeda. Langkah selanjutnya, kita akan lakukan beberapa setting di sisi RouterBoard. Tethering android di Mikrotik ini sedikit berbeda jika dibandingkan saat kita menggunakan 3G Modem. Jika 3G Modem menggunakan service PPP, saat tethering Android, di Mikrotik akan terbaca sebagai interface LTE.
Interface LTE ini akan otomatis muncul saat USB Tether sudah diaktifkan di sisi gadget Android. Di sini kita tidak perlu memasukan username dan password untuk bisa koneksi internet. Sebenarnya, pada saat tethering diaktifkan, Android menyediakan DHCP server, termasuk informasi DNS, dsb. Langkah selanjutnya aktifkan DHCP Client di Routerboard dengan parameter interface yang menuju ke Android (interface LTE). 
Jika sudah, tunggu hingga status DHCP Client router berubah menjadi bound, artinya router mendapat berhasil mendapatkan informasi IP Address dari gadget Android.
 
Langkah - langkah diatas hampir sama dengan langkah Konfigurasi Dasar Mikrotik menggunakan interface public yang bersifat dynamic (DHCP Client). Jika status sudah berhasil "bound", selanjutnya cek DNS Router, apakah sudah dapat informasi DNS atau belum. Jika sudah, centang "allow remote request".
Cek juga Default Gateway Router, apakah sudah mendapat informasi gateway dari proses DHCP atau belum. Jika sudah, pengecekan bisa dilakukan dengan melakukan Ping dari Router ke Internet.
Sampai di sini, Router sudah bisa ke internet. Kita tinggal setting untuk distribusi ke arah client. Pasang IP Address pada interface yang menuju ke jaringan Lokal. Jangan lupa juga buat NAT agar PC Client bisa akses internet.
Jika semua langkah diatas sudah dilakukan. Selanjutnya cek dari sisi client dengan mencoba melakukan ping ke internet. Kelebihan dari penggunaan tethering Android ini, tidak ada setting khusus untuk type dan merk gadget. Syarat utamanya, Router Mikrotik menggunakan RouterOS v.6.7 keatas.

External Access Point Untuk Jaringan Hotspot #Mikrotik

Salah satu kendala sebuah jaringan wireless biasanya range cakupan signal wireless. Untuk mengatasi kendala ini, administrator jaringan umumnya menggunakan lebih dari satu access point. Langkah tersebut memang menjadi solusi yang tepat, namun muncul pertanyaan baru bagaimana jika jaringan wireless tersebut harus menyediakan sebuah service yang harus bisa digunakan oleh setiap client yang terkoneksi, dalam artikel ini kita contohkan service hotspot. Hotspot merupakan salah satu fitur Mikrotik yang melakukan authentifikasi sebelum user dapat mengakses resource jaringan. Pada artikel ini tidak membahas cara konfigurasi hotspot, akan tetapi lebih ke konsep implementasi di lapangan dan dengan cara yang biasa diterapkan untuk coverage area wireless yang cukup luas. Di jaman modern ini hotspot sering kita jumpai di area publik, seperti mall, cafe, atau hotel.  Di area publik seperti ini biasanya Hotspot diterapkan dengan media wireless. Akan tetapi di Mikrotik, hotspot system sebenarnya bisa berjalan baik pada interface ethernet untuk jaringan kabel kabel ataupun wireless.
Pada implementasi area publik, tentu dibutuhkan jangkauan Wireless yang cukup untuk mencakup keseluruhan area. Solusinya adalah dengan menggunakan lebih dari satu akses point untuk menjangkau area yang cukup luas. Selain luas area yang harus di cover, jumlah client yang banyak juga menjadi pertimbangan sehingga harus menggunakan lebih dari satu akses point.
Dengan banyaknya Access Point yang digunakan tentu diperlukan sebuah konsep agar service Hotspot bisa diterima oleh semua client. Perlu diingat bahwa jaringan hotspot bersifat brigde network, artinya antar Server dan Client harus berada dalam segment IP address yg sama. Cara paling mudah agar semua client mendapat service hotspot adalah dengan melakukan setting Hotspot server pada  masing - masing Access Point. Jadi masing- masing Access Point ini menjalankan service Hotspot sendiri sendiri. Client yang ingin mengakses resource jaringan tinggal terkoneksi ke Access Point tersebut. Akan tetapi dengan konsep seperti itu, akan menimbulkan persoalan baru, jika client tersebut berpindah lokasi dan terkoneksi ke Access Point yang berbeda dengan sebelumnya, client harus melakukan login hotspot lagi. Hal ini dikarenakan client sudah berada di area hotspot server yang berbeda. 
Bagaimana jika kita akan ingin agar ketika client berpindah koneksi dari Access Point satu ke Access Point lain, client tersebut tidak perlu login hotspot lagi. Solusinya adalah dengan men-sentralisasi hotspot server, artinya hanya ada satu hotspot server dalam  jaringan. Contoh topologi :
Dengan topologi diatas, setting yang harus dilakukan cukup sederhana. Pertama, kita harus set hotspot server terlebih dahulu pada router gateway. Contoh di sini menggunakan RB450G. Setelah hotspot server berjalan, hubungkan RB450G dengan wireless access point pada interface yang menjalankan service hotspot di RB450G. Jika access point cukup banyak, kita bisa bisa gunakan SWITCH seperti pada gambar topologi.  Selanjutnya, setting wireless AP untuk distribusi ke arah client. 
Dalam melakukan setting dan pemasangan wireless kita tidak boleh kemudian meninggalkan kaidah pemasangan wireless. Jarak antara access point satu dengan yang lain jangan terlalu dekat. Agar tidak interferensi, kita juga harus dibedakan penggunaan frekuensi pada masing - masing access point. Frekuensi bisa kita setting berbeda, akan tetapi SSID-nya kita samakan, agar client lebih mudah ketika terkoneksi dan berpindah-pindah access point. 
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah set bridging pada tiap perangkat wireless access point tersebut. Ingat, hotspot server dan client harus berada dalam segment IP address yang sama, sehingga kita perlu menerapkan bridging pada perangkat Access point. Pada perangkat access point, lakukan bridging terhadap interface wireless dan ethernet yang  terhubung ke hotspot server. 
Dengan begitu, client access point tetap bisa mendapat service hotspot dari RB450G, melalui Wireless Access Point. Pastikan semua access point terhubung ke Hotspot server yang sama, sehingga ketika client berpindah koneksi wireless ke access point lain, client tersebut tidak harus login hotspot lagi. Selain itu dari manajemen juga akan lebih mudah, karena kita hanya manajemen Hotspot pada satu perangkat saja.
Repeater
Untuk kebutuhan cover area yang luas, terkadang satu access point tidak dapat mengcover seluruh area sekaligus. Agar jangkauan wireless bisa dicover sesuai perencanaan network kita, kita membutuhkan repeater. Fungsi repeater disini adalah menerima signal dari access point, kemudian dipancarkan kembali ke client. Dengan kebutuhan tersebut, kita bisa menggunakan perangkat Mikrotik dengan dua interface wlan sebagai repeater. Cara settingnya cukup mudah, set interface wlan satu sebagai station dengan mode "station bridge" agar bisa menerima signal dari access point. Kemudian set interface wlan2 sebagai access point dengan mode "ap bridge".
 
Kemudian lakukan bridging antara wlan1 dan wlan2 dengan cara buat interface bridge, lalu masukkan wlan1 dan wlan2 ke dalam port bridge yang sudah dibuat.
Dengan setting diatas, tugas wlan1 adalah menerima signal dari access point. Kemudian tugas wlan2 adalah memancarkan kembali koneksi yang diterima dari wlan1. Langkah diatas adalah cara paling mudah menjadikan wireless router Mikrotik sebagai repeater. Anda bisa melakukan improvisasi untuk mendapatkan performa repeater yang lebih baik.

Pengelolaan Jaringan Modem ADSL #Mikrotik

Cukup banyak provider yang menyediakan layanan Broadband/ADSL yang bisa menjadi pilihan saat ini disertai dengan beragam pilihan kemudahan dan promo-promo yang ditawarkan tentu menarik. Akan tetapi disini kami tidak akan membahas harga, apalagi promo yang ditawarkan,tapi lebih pada pengelolaan jaringan yang menggunakan layanan Broadband/ADSL. Biasanya, provider memasang sebuah Modem di sisi client, agar client tersebut bisa menerima service internet yang diberikan. Service yang biasa digunakan salah satunya adalah PPPoE, dimana modem tersebut difungsikan sebagai PPPoE Client. Topologi sederhana yang biasa digunakan adalah Internet -> ADSL Modem -> Hub/Switch -> Client.
Biasanya administrator jaringan kemudian menambahkan Router antara modem ADSL dan Client, misalnya router Mikrotik. Hal ini dilakukan karena pada umumnya perangkat ADSL Modem sederhana tidak memiliki fungsi yang cukup lengkap untuk melakukan manajemen jaringan. Dengan menambahkan router, maka topologi yang akan kita bangun menjadi seperti berikut.

Sebenarnya ada dua pilihan untuk mengkoneksikan jaringan kita ke internet via ADSL Modem. Pertama, kita bisa dial ke provider dengan menggunakan modem bawaan, sehingga ip public terpsang pada modem. Atau alternatif kedua, kita bisa dial PPPoE langsung dari Router Mikrotik. Sehingga IP Public akan terpasang di Mikrotik. Pilihan kedua ini bisa mempermudah ketika kita akan melakukan remote Router dari Internet, atau juga menerapkan rule lain.  Misalnya ketika menerapkan port forwarding (dst-nat) atau juga loadbalance.
Kita akan coba case study dengan menggunakan opsi yang kedua, yaitu dial PPPoE dari Mikrotik langsung. Kita juga akan coba gunakan topologi pada gambar kedua dimana menggunakan dua koneksi ADSL. Pertama, setting Modem ADSL pada mode bridge. Cara setting berbeda tergantung dari merk dan type Modem.
Setelah modem di setting dengan mode bridge, buat interface PPPoE client di Mikrotik dengan cara menekan tombol + di menu Interface. pada parameter interface, pilih interface ethernet yang menuju ke modem. 
Selanjutnya di tab Dial Out, isikan parameter username dan password sesuai informasi yang diberikan oleh provider. Informasi username dan password tiap provider tentu saja berbeda. Jika sudah selesai, klik OK, maka interface PPoE client akan terbentuk dan router otomatis akan mencoba melakukan dial melalui interface PPPoE. Jika setting sudah benar dan PPPoE terkoneksi dengan baik, status PPoE Client di mikrotik akan berubah menjadi "Connected", atau flag interface menjadi "R" atau Running.
Ulangi langkah sesuai gambar tersebut untuk line ADSL yang lain, sehingga ada dua interface pppoe-client, karena di case study ini kita mencoba menggunakan dua line ADSL.
Kemudian tambahkan default gateway untuk Router agar router bisa terkoneksi ke internet. Karena kita menggunakan dua line ADSL, kita gunakan metode ECMP Load Balance, salah satu metode load balance yang cukup sederhana. Cara untuk melakukan ECMP Load Balance adalah dengan menambahkan dua gateway dalam satu rule routing.
Setelah selesai membuat rule routing, selanjutnya kita perlu setting DNS Router  mengarah ke DNS provider. Informasi ini tentu harus Anda tanyakan ke provider, atau menggunakan open DNS.

Tambahkan rule src-nat agar client di bawah router bisa akses internet.
Jangan lupa juga pasangkan IP Address pada interface yg menuju ke Client, misalnya 192.168.3.1/24 interface=ether3.  Anda juga bisa memasangkan IP Address pada interface modem dan interface router yg saling terhubung untuk melakukan monitoring.

TCP/IP (Bagian - 3) : IP Address

IP address adalah sebuah sistem pengalamatan unik setiap host yang terkoneksi ke jaringan berbasis TCP/IP. IP address bisa dianalogikan seperti sebuah alamat rumah. Ketika sebuah datagram dikirim, informasi alamat inilah yang menjadi acuan datagram agar bisa sampai ke device yang dituju. IP Address terbagi dalam 2 versi, IPv4 dan IPv6. Sebuah IP address versi 4 atau IPv4 terbentuk dari 32 binary bits. Dari 32 binary bits tersebut terbagi lagi menjadi 4 octet (1 octet = 8 bits). Nilai tiap oktet diatara 0 sampai 255 dalam format desimal, atau 00000000 - 11111111 dalam formal binary. Setiap octet dikonversi menjadi desimal dan dipisahkan oleh tanda titik (dot). Sehingga format akhir IP address biasanya berupa angka desimal yang dipisahkan dengan tanda titik, contohnya 172.16.254.1. 
Jika pada sebuah octet semua angka biner bernilai satu, maka nilai desimal dalam octet tersebut adalah 255. Cara konversi dari biner ke desimal, adalah dengan memperhatikan nilai bits. Jika dilihat dari posisi bits, bits paling kanan memiliki nilai 2 0. Dan nilai pangkat ditambahkan untuk angka biner sebelah kirinya menjadi 2 1. Terus dilanjutkan sampai bits paling kiri.
 
Kita coba jabarkan IP address 172.16.254.1. Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya bahwa satu IP address terbentuk dari 32 bits, maka detailnya akan menjadi seperti dibawah ini :
 
Jika Anda benar - benar ingin memahami konsep IP address, disarankan untuk memiliki pengetahuan dasar mengenai angka biner dan desimal, baik operasi perhitungan maupun konversi dari biner ke desimal atau sebaliknya.
Sistem komunikasi
Berdasarkan bagaimana perangkat saling berkomunikasi, terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:
  • Unicast, merupakan komunikasi antar sebuah host atau point-to-point. Contoh : HTTP
  • Broadcast, merupakan metode komunikasi dari sebuah host ke semua host yang masih dalam satu jaringan. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone. Contoh : ARP Ethernet.
  • Multicast, merupakan metode komunikasi dari sebuah host ke banyak host yang bergabung dalam group multicast yang sama. Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many. Contoh : Video Streaming.
  • Anycast, merupakan metode komunikasi dari sebuah host ke host atau kelompok host lain yang diset memiliki IP sama. Contoh : 6to4 relay.
Pada awal mula design network, diperkirakan konektivitas end-to-end terjadi pada seluruh host yang terkoneksi ke internet. Dan menjadi tugas IP address untuk menjadi sebuah alamat unik yang menjadi identitas sebuah host. Akan tetapi pada perkembangannya, tidak semua host butuh terkoneksi dengan dunia internet. Misalnya jaringan sebuah perusahaan yang hanya ingin masing - masing host cukup bisa berkomunikasi dengan host yang masih satu perusahaan, dan tidak perlu berkomunikasi dengan internet. Dengan adanya kasus seperti ini, maka IP address dibagi menjadi beberapa kelompok.

IP Public dan IP Private
IP Public Public IP Address merupakan IP Address yang dapat diakses di jaringan internet. IP Public juga dikenal sebagai globally routable unicast IP address. Ketika sebuah perangkat memiliki IP public dan terkoneksi ke jaringan internet, maka perangkat tadi bisa diakses darimanapun melalui jaringan internet juga. Akan tetapi kita tidak bisa memasang sembarang IP public di sebuah device. Ada aturan mengenai alokasi IP public. Kita bisa mendapatkan Public IP Address dari pinjaman ISP atau alokasi dari APNIC/IDNIC (www.idnic.net).

IP Private

Pada arsitektur IP address, Private IP Address adalah IP Address yang diperuntukkan untuk jaringan lokal. IP private tidak boleh ada di jaringan internet dan tidak dapat diakses di jaringan internet.  Pada implementasi di jaringan real, biasanya jaringan lokal menggunakan IP Private, kemudian ditambahkan sebuah router yang menjembatani jaringan lokal yang menggunakan IP private dengan jaringan publik yang menggunakan IP Public. Untuk cakupan IP Private, Anda bisa lihat tabel IP Private di pembahasan mengenai CIDR.
IP Khusus
Selain IP Private dan IP Public, ada beberapa IP khusus lain. IP ini sudah memiliki tujuan penggunaan khusus yang sudah disepakati secara international, sehingga tidak dapat digunakan untuk pengalamatan sebuah host.

Kelas IP Pada awal mula design IP address, IP address dibagi dalam beberapa kelas. Kelas IP dibedakan berdasarkan jumlah bits network ID. Masing masing kelas memiliki jumlah netowrk yang berbeda, dan jumlah host di tiap network yang berbeda pula. Pembagian ip address berdasarkan kelas ini sudah mulai ditinggalkan digantikan dengan sistem CIDR. Akan tetapi, ada baiknya kita coba lihat sejarah kelas IP address ini.

 
Kelas A
IP address kelas A biasa digunakan untuk jaringan dengan skala besar. Bits pertama di dalam IP address kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Bits kedua sampai bits ke delapan merupakan sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Dengan jumlah host identifier sampai 24 bits, artinya kelas A memiliki 16,777,214 host.


Kelas B
Kelas B biasa digunakan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B biasanya berupa bilangan biner 10. 14 bit berikutnya merupakan network identifier. Sisa 16 bit merepresentasikan host identifier. Ip address kelas B memiliki 65,534 host.


Kelas C
Digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama bernilai biner 110. Kemudian 21 bit selanjutnya merupakan network identifier. Dan 8 bit sisanya merepresentasikan host identifier. Dengan begitu IP address kelas C memiliki 254 host untuk setiap network-nya.


Kelas D merupakan alokasi IP address yang disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, dan Kelas E merupakan IP alamat yang bersifat "eksperimental" atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan.

Kelas D

Kelas E
Akan tetapi pada perkembangannya, alokasi kelas IP address dengan metode ini dirasa sudah tidak cocok dan sekarang kita beralih menggunakan metode Classless Inter-Domain Routing (CIDR)
Subnet Mask
Subnet Mask merupakan nilai yang dibentuk dari angka biner 32 bits. sama seperti IP  address. Dari angka biner 32 bits ini, juga dipisahkan dengan tanda dot pada setiap octet. Fungsi dari subnet mask ini adalah membedakan network id dan host id. pada gambar kelas IP, kita bisa melihat alokasi nilai bits pada masing - masing identifier. Didalam subnet mask semua bit yang dialokasikan untuk network id diwakili oleh angka biner 1 sedangkan semua bit alokasi host id akan diwakili oleh angka biner 0. Selain membedakan identifier, subnet mask juga digunakan untuk menentukan letak suatu host, apakah di jaringan yang masih dalam satu segmen, atau sudah berbeda segmen.
Network Address dan Broadcast Address
Dalam sebuah alokasi IP address, ada 3 jenis IP.
  • Host address, IP address yang dapat dipasang ke sebuah perangkat jaringan seperti komputer atau router agar dapat saling interkoneksi. Host IP ini sifatnya unik, dalam artian dalam sebuah network tidak boleh ada host IP yang sama.
  • Network address,  IP address yang mereprentasikan alamat sebuah network. Semua host dalam satu network memiliki network address yang sama. Network address merupakan IP pertama dalam sebuah subnet IP
  • Broadcast address, jenis IP address yang digunakan untuk mengirim data ke semua host yang masih berada dalam satu network. Broadcast address adalah ip terakhir dalam sebuah subnet IP.
Network address dan broadcast address tidak dapat dipasang dalam sebuah perangkat. Contoh, kita memiliki IP address 192.168.0.1 dengan subnet mask 255.255.255.0 maka untuk mendapatkan nilai network address dan boradcast address, kita bisa membuat perhitungan seperti berikut :
IP address  192.168.0.1             11000000.10101000.00000000 .00000001
Untuk mendapatkan nilai network address, ubah semua bit dalam alokasi host-id menjadi bernilai 0.
Susunan bit awal                        11000000.10101000.00000000 .00000001
Susunan bit network address       11000000.10101000.00000000 .00000000
Dotted-decimal network address  192          168         0               0

Untuk mendapatkan nilai ubah semua bit dalam alokasi host-id menjadi bernilai 1.
Susunan bit awal                          11000000.10101000.00000000.00000001
Susunan bit broadcast address      11000000.10101000.00000000.11111111
Dotted-decimal broadcast address 192          168          0              255
Jadi untuk ip address 192.168.0.1 dengan subnet mask 255.255.255.0, memiliki network address 192.168.0.0 dan broadcast address 192.168.0.255.
Subnetting (VLSM)
Subnetting adalah sebuah mekanisme perhitungan pembagian network menjadi network dengan skala yang lebih kecil, biasa disebut subnet. Subbnetting dilakukan dengan meminjam nilai bits yang dialokasikan pada host id, sehingga memungkinkan penggunaan IP address yang lebih efisien. Subnetting biasa disebut juga Variable Length Subnet Mask (VLSM). Subnetting biasa diterapkan dengan mengubah nilai subnet mask. Contoh kasus misalnya sebuah perusahaan hanya memiliki 60 komputer yang akan terhubung dalam satu jaringan menggunakan IP kelas C dengan subnet mask default 255.255.255.0. Untuk alasan keamanan dan efisisnsi jaringan, maka hanya perlu alokasi IP kurang lebih sejumlah 60 ip address. Disinilah fungsi subnetting dibutuhkan. Berikut cara sederhana untuk melakukan subnetting dengan mengubah nilai subnet mask.

Desimal 255.255.255.0
Biner     1111111.11111111.11111111.00000000

Dari nilai biner diatas, berarti alokasi porsi bits untuk network-id sebanyak 24 bits, dan porsi untuk host-id ada 8 bits. Dengan porsi sebanyak 8 bits, maka maksimal IP address adalah 254. Karena kebutuhan perusahaan tersebut hanya 60 ip address, maka porsi host id akan dikurangi dengan metode subnetting. Pertama kita ubah jumlah IP yang kita butuhkan menjadi angka biner, 60 = 111100.

Kalau kita perhatikan, dengan jumlah kurang lebih 60 ip address, membutuhkan 6 bits nilai biner, maka kita kurangi alokasi bits pada host-id yang sebelumnya 8 bits, menjadi 6 bits. Ingat bahwa di dalam subnet mask, host-id di representasikan dengan angka biner 0.

Subnet awal   1111111.11111111.11111111.00000000  (8 bits host-id)
Subnet baru   1111111.11111111.11111111.11000000 (6 bits host-id)
Decimal         255        255          255          192

Dengan alokasi bits host-id 6 digit, maka kita memiliki alokasi IP address dalam subnet baru tersebut adalah 111111 dalam bilangan biner atau 63 ip address dalam desimal. Dengan adanya network addres dan boardcast address , maka IP yang bisa kita pasang pada device jaringan maksimal adalah 62 ip address, contoh:

Range IP Address :  192.168.0.1 - 192.168.0.62
Netmask : 255.255.255.192
Network : 192.168.0.0
Broadcast : 192.168.0.63


Classless Inter-Domain Routing (CIDR) Seiring dengan perkembangan dunia jaringan komputer yang cukup pesat, pembagian IP dengan menggunakan kelas A, B, dan C mulai ditinggalkan karena masih menyisakan banyak IP yang tidak digunakan. Selain mengurangi alokasi IP address, dengan cara yang sama dapat digunakan untuk keperluan sebaliknya, yakni menambah alokasi IP address. Contohnya kelas C yang secara teoritis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, akan tetapi dengan CIDR, dapat menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat IP kelas B. CIDR merupakan cara alternatif baru untuk merepresentasikan alamat IP dan subnet IP. CIDR disebut juga Supernetting atau Prefix. Jika kita sebelumnya sudah membahas mengenai IP Private, berikut tabel range IP address yang dilalokasikan sebagai IP Private dengan system CIDR.

 
Alokasi IP Private dengan system CIDR

CIDR biasanya ditulis dengan tanda "/" setelah IP  address, kemudian diikuti dengan informasi jumlah bits yang dialokasikan sebagai network-id, contoh 192.168.0.0/27. Jika Anda pernah melakukan konfigurasi router Mikrotik, tentu Anda sudah familiar dengan format IP seperti ini. Dari contoh subnet 192.168.0.0/27, maka dari 32 bits IP address, 27 bits dialokasikan untuk network-id,  tersisa 5 bits untuk host-id. Jumlah IP address yang ada dalam subnet tersebut bisa dihitung dengan rumus :

2 (32-x)

Dimana "x" adalah nilai CIDR.


Contoh, untuk subnet 192.168.0.0/27 bisa dihitung sebagai berikut :
2 (32-27) = 2 (5)= 32 Nilai 32 adalah total IP address yang ada dalam subnet tersebut. Dikurangi dengan network address dan broadcast address, maka IP yang bisa dipasang pada perangkat jaringan ada 30 ip address.
Range IP Address :  192.168.0.1 - 192.168.0.30
Netmask : 255.255.255.224
Network : 192.168.0.0
Broadcast : 192.168.0.31

Perhitungan IP address sebenarnya tidak harus dilakukan secara manual. Ada banyak alat bantu untuk melakukan perhitungan IP address dan subnetting, misalnya IP Subnet Calculator. Akan tetapi, ada baiknya kita tahu bagaimana konsep IP address, sehingga dalam penerapan di jaringan, kita bisa membuat sebuah jaringan yang benar - benar sehat dan ideal.

Pemilihan Jalur Routing #Mikrotik

Routing merupakan sebuah mekanisme pengiriman paket data yang ditransmisikan dari satu network ke network yang lain. Pada sebuah router, biasanya mempunyai sebuah tabel routing atau lebih yang menyimpan informasi jalur routing yang akan digunakan ketika ada pengiriman data yang melewati router. Pada kasus tertentu untuk menuju ke suatu tujuan, router tidak hanya memiliki satu gateway, misalnya karena router harus menghubungkan banyak jaringan yang memiliki segmen yang berbeda. Contoh sederhana bisa kita lihat di topologi berikut :

Lalu bagaimana router menentukan pemilihan jalur routing nya?. Gateway mana yang akan digunakan Router 1 untuk menuju ke Server? Ketika ada lebih dari satu rule routing, router memiliki mekanisme perhitungan jalur routing yang akan digunakan router untuk transmisi data. Pemilihan jalur Routing didasarkan pada beberapa parameter yaitu dst-address dan distance pada tiap rule routing.

  • Pertama, router akan memilih rule routing dengan dst-address yang paling spesifik.
  • Kemudian Router akan melihat nilai pada parameter Distance di tiap rule routing, semakin kecil Distance, maka rule itu akan digunakan. 
  • Jika terdapat beberapa rule routing dengan dst-address sama spesifik dan distance sama, maka Router akan memilih dengan Random (round robin).
Dari topologi sebelumnya, didapat rule routing seperti gambar.
Bagaimana urutan prioritas jalur yg akan digunakan Router 1?. Kita akan coba bahas berdasarkan mekanisme pemilihan jalur routing oleh router. Perlu diingat, trafik yang akan ditransmisikan adalah trafik dari Router 1 menuju ke Server dengan IP Address 192.168.30.3. Coba perhatikan pada rule routing tadi, Untuk tujuan IP 192.168.30.3 dst-address=192.168.30.0/29 lebih spesifik dibanding dst-address=192.168.30.0/24, sehingga rule B akan digunakan sebagai prioritas pertama. Lalu rule mana yang akan dijadikan prioritas 2 dan 3?. Perhatikan rule A dan C. Keduanya memiliki dst-address yg sama - sama /24, akan tetapi nilai distance kedua rule tersebut berbeda. Antara rule routing A dan C, router akan memilih A, karena nilai parameter distance pada rule A lebih kecil dibanding rule C.  Bisa disimpulkan bahwa dari pembahasan tadi akan didapat jawaban seperti berikut  :

By default nilai distance ditentukan sesuai jenis routing yang diterapkan, misalnya untuk Static Route=1, OSPF=110, RIP=120, dsb. Akan tetapi nilai parameter distance tersebut bisa juga diubah, untuk membuat sebuah mekanisme failover sederhana. Contoh impelementasi failover sederhana adalah ketika ada 2 rule routing dengan distance yang berbeda, perhatikan rule routing berikut : 
  
Pada contoh tersebut, jalur utama untuk menuju ke 192.168.30.0/24 adalah gateway 11.11.11.2. Jika gateway 11.11.11.2 putus/mati, maka secara otomatis informasi rule routing yang akan digunakan router untuk transmisi data akan berpindah menggunakan jalur backup, yaitu gateway 10.10.10.2. Admin jaringan tidak perlu repot - repot mengganti informasi tabel routing secara manual.

TCP/IP (Bagian - 2) : Protokol #Mikrotik

Artikel bagian pertama membahas tentang apa yang terjadi pada sebuah paket data ketika akan dikirim dan ketika paket data tersebut diterima. Sekarang pertanyaannya adalah apa yang berperan diantara device yang akan saling bertukar informasi sehingga paket data bisa ditrasnmisikan. Disinilah fungsi sebuah protokol. Protokol akan menentukan bagaimana cara sebuah paket data ditransmisikan. Ada beberapa jenis protokaol yang sering kita gunakan seperti TCP, UDP, ICMP, dan IP Protokol lainnya.

IP Protokol
Adalah protokol standart yang digunakan untuk mengkomunikasikan data melalui berbagai jenis perangkat dan layer berdasarkan ip address yang tersimpan di paket header. Setiap datagram memiliki dua komponen, yakni header dan payload. IP header berisi informasi source IP address, destination IP address, dan beberapa informasi data lain yang dibutuhkan router untuk mengirim datagram. Kemudian payload adalah isi dari data yang akan dikirim. Metode penggabungan data payload dan header menjadi sebuah paket data disebut encapsulation. Pengiriman data dilakukan dengan sistem “per paket” dan/atau “per connection”. Sistem ini menjamin keutuhan data, dan mencegah terjadinya kekurangan ataupun duplikasi data.

Protokol TCP
Protokol ini merupakan salah satu jenis protokol yang paling sering digunakan di internet. Contoh aplikasi yang menggunakan protokol TCP misalnya http, email, ftp, dll. TCP bekerja dengan pengalamatan port seperti berikut :
  • Port 1 – 1024 : Low Port (Standard Service Port). Port ini telah digunakan oleh service standart. Disarankan jangan menggunakan low port jika Anda ingin melakukan costumize port pada sebuah aplikasi atau service.
  • Port 1025 - 65536 : High port (untuk transmisi lanjutan). Kita bisa gunakan port ini untuk transmisi atau service yang bersifat custom/tidak standart. Misalnya kita membuat proxy server. Maka port yang kita gunakan untuk proxy server adalah High Port ini. Kalau kita perhatikan, default proxy sendiri biasanya menggunakan high port, seperti port 8080 atau 3128.
Prinsip Kerja TCP
Pada saat melakukan tugasnya, protokol TCP memiliki beberapa prinsip kerja. Prinsip kerja sebuah protokol ini akan menjadi referensi bagi pembuat program atau admin jaringan untuk memilih protokol apa yang nanti akan digunakan untuk bisa melakukan trasnmisi data.
  1. Connection Oriented
  2. Sebelum data dapat ditransmisikan antara dua host, dua proses yang berjalan pada lapisan aplikasi harus melakukan negosiasi untuk membuat sesi koneksi terlebih dahulu. Proses pembuatan koneksi TCP disebut juga dengan "Three-way Handshake". Tujuan metode ini adalah agar dapat melakukan sinkronisasi terhadap nomor urut dan nomor acknowledgement yang dikirimkan oleh kedua pihak dan saling bertukar ukuran TCP Window.


    Client : SYN -> Server : Client akan mengirimkan SYN ke server
    Server : SYN-ACK -> Client : Server merespon SYN Client dengan mengirimkan SYN-ACK ke Client
    Client : ACK -> Server : Setelah menerima SYN-ACK dari server, client mengirim ACK ke Server.
    Setelah melewati handshake tadi, baru kemudian koneksi terbentuk (established). Bisa dikatakan device yang menggunakan protokol TCP ini akan melakukan kesepakatan terlebih dahulu sebelum transmisi data terjadi.  TCP menggunakan proses jabat tangan yang sama untuk mengakhiri koneksi yang dibuat. Hal ini menjamin dua host yang sedang terkoneksi tersebut telah menyelesaikan proses transmisi data dan semua data yang ditransmisikan telah diterima dengan baik. Koneksi TCP ditutup dengan menggunakan proses terminasi koneksi FIN (TCP connection termination).

  3. Reliable Transmission 
  4. Data yang dikirimkan ke sebuah koneksi TCP akan diurutkan dengan sebuah nomor urut yang unik disetiap byte data dengan tujuan agar data dapat disusun kembali setelah diterima. Pada saat transmisi, bisa jadi data dipecah/difragmentasi, hilang, atau tiba di device tujuan tidak lagi urut. Pada saat data diterima, paket data yang duplikat akan diabaikan dan paket yang datang tidak sesuai dengan urutannya akan diurutkan agar dapat disusun kembali.
  5. Error Detection 
  6. Jika terjadi error, misalnya ada paket data yang hilang pada saat proses transmisi, bisa dilakukan pengiriman ulang data yang hilang. Untuk menjamin integritas setiap segmen TCP, TCP mengimplementasikan penghitungan TCP Checksum.
  7. Flow Control 
  8. Mendeteksi supaya satu host tidak mengirimkan data ke host lainnya terlalu cepat. Flow Control akan menjadi sangat penting ketika bekerja di lingkungan dimana device satu dengan device yang lain memiliki kecepatan komunikasi jaringan yang beragam. Sebagai contoh, ketika PC mengirimkan data ke smartphone. kemampuan PC dengan smartphone tentu berbeda. Smartphone lebih lambat dalam memproses data yang diterima daripada PC, maka TCP akan mengatur aliran data agar smartphone tidak kewalahan.
  9. Segment Size Control
  10. Mendeteksi besaran MSS (maximum segment size) yang bisa dikirimkan supaya tidak terjadi IP fragmentation. MSS adalah infomasi ukuran data terbesar yang dapat ditransmisikan oleh TCP dalam bentuk segment tunggal. Informasi MMS ini dalam format Bytes. Untuk performa terbaik, MSS bisa ditetapkan dengan ukuran yang cukup kecil untuk menghindari fragmentasi IP. Fragmentasi IP dapat menyebabkan hilangnya paket dan retransmisi yang berlebihan.

  11. Congestion Control
  12. Prisip kerja TCP terkhir yang cukup penting adalah Congestion Control. TCP menggunakan beberapa mekanisme untuk mencegah terjadinya congestion pada network. mekanisme yang dilakukan salah satunya adalah mengatur aliran data yang masuk ke dalam network. 
ICMP
Salah satu jenis protokol yang biasa digunakan untuk pengecekan dan mengindikasi error pada saat transmisi dalam sebuah jaringan. ICMP disalurkan berbasis “best effort” sehingga bisa mengetahui jika terjadi error (datagram lost). Host (baik device yang mencoba transmisi ataupun device tujuan transmisi tujuan) akan mendeteksi apabila terjadi permasalahan tranmisi, dan membuat “ICMP message” yang akan dikirimkan ke host asal. Contoh penggunaan protokol ICMP yang sering kita lakukan misalnya pada saat kita menjalankan Ping atau Traceroute.


UDP
User Datagram Protocol (UDP) merupakan salah jatu jenis protokol yang biasa digunakan utnuk transmisi sederhana dengan mekanisme protokol yang minimal.
Prinsip Kerja UDP.

  • Connectionless : Device yang satu bisa mengirimkan pesan/datagram ke device lainnya di jaringan, tanpa terlebih dahulu melakukan negosiasi (hand-shake).
  • Unreliable : Datagram yang dikirimkan pun tidak dijamin sampai ke tujuan. Paket data UDP akan dikirimkan sebagai datagram tanpa adanya nomor urut atau pesan acknowledgment. Tidak ada flow control ataupun mekanisme lain untuk menjaga keutuhan datagram (unreliable). Akan tetapi UDP melakukan mekanisme checksums untuk data integrity.

UPD biasanya digunakan karena beberapa alasan berikut :

Protokol yang "ringan" (lightweight) : Lebih hemat sumber daya memori dan prosesor, beberapa protokol lapisan aplikasi membutuhkan penggunaan protokol yang ringan yang dapat melakukan fungsi-fungsi spesifik dengan saling bertukar pesan. Contoh dari protokol yang ringan adalah fungsi query nama dalam protokol lapisan aplikasi Domain Name System.

Transmisi broadcast : Untuk mengirimkan datagram, UDP tidak perlu membuat koneksi terlebih dahulu dengan sebuah host tertentu, dengan begitu UDP memungkinkan untuk membuat transmisi broadcast. Protokol TCP yang hanya dapat mengirimkan transmisi one-to-one, karena harus ada proses handshake terlebih dahulu antar device. Contoh transmisi broadcast salah satunya query nama dalam protokol NetBIOS Name Service.
    
Streaming dan Game Online : Streaming dan game online membutuhkan transmisi yang real time. Jika ada paket yang hilang pada saat trasmisi kemudian harus menunggu paket pengganti, maka beban network akan berlebih, dan jeda menunggu akan membuat data tidak lagi real time.

TCP/IP (Bagian -1) : Pengenalan OSI Layer #Mikrotik

Pada saat kita memulai langkah ke dalam ilmu jaringan komputer, hal yang pertama kali kita pelajari biasanya adalah TCP/IP. TCP/IP bisa di analogikan seperti bahasa. Ketika manusia bertukar informasi, manusia akan berbicara dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh pembicara maupun pendengar. Begitu juga halnya dengan komputer atau host dalam sebuah jaringan. Agar komunikasi dan pertukaran informasi bisa terjalin dengan baik, dibutuhkan bahasa sama. Walaupun merek host jaringan tersebut berbeda - beda, host masih bisa berkomunikasi dengan host lain karena menggunakan standart komunikasi yang sama, yakni TCP/IP. Protokol internet pertama kali dirancang pada tahun 1980-an. Akan tetapi di tahun 1990-an dimana internet semakin populer dan host yang semakin banyak, mulai bemunculan protokol yang hanya bisa digunakan oleh kalangan tertentu, atau protokol yang dibuat oleh pabrik tertentu yang belum tentu kompatibel dengan protokol lain dari pabrik yang lain pula. Sehingga pada akhirnya badan International Standart Organization (ISO) membuat standarisasi protokol yang saat ini dikenal dengan protokol model Open System Interconnection atau disingkat OSI. Model OSI ini manjadi referensi dan konsep dasar teori tentang cara kerja sebuah protokol. Dalam perkembangannya TCP/IP digunakan sebagai standart de facto.

OSI Layer
Ketika ISO (International Standart Organization) membuat standarisasi protokol, maka terciptalah sebuah standar model referensi yang berisi cara kerja protokol. Model referensi yang kemudian disebut dengan Open System Interconnection (OSI). Berdasarkan dokumen rekomendasi X.200, standart OSI ini memiliki 7 layer. Tiap layer ini memiliki definisi fungsi yang berbeda.

Layer 7 : Application Layer
Merupakan layer dimana terjadi interaksi antarmuka end user dengan aplikasi yang bekerja menggunakan fungsionalitas jaringan, melakukan pengaturan bagaimana aplikasi bekerja menggunakan resource jaringan, untuk kemudian memberika pesan ketika terjadi kesalahan. Beberapa service dan protokol yang berada di layer ini misalnya HTTP, FTP, SMTP, dll.

Layer 6 : Presentation Layer     
Layer ini bekerja dengan mentranslasikan format data yang hendak ditransmisikan oleh aplikasi melalui jaringan, ke dalam format yang bisa ditransmisikan oleh jaringan. Pada layer ini juga data akan di-enkripsi atau di-deskripsi.

Layer 5 : Session Layer
Session layer akan mendefinisikan bagaimana koneksi dapat dibuat, dipelihara, atau dihancurkan. Di layer ini ada protocol Name Recognition,NFS & SMB.

Layer 4 : Transport Layer
Layer ini akan melakukan pemecahan data ke dalam paket-paket data serta memberikan nomor urut pada paket-paket data tersebut sehingga dapat disusun kembali  ketika sudah sampai pada sisi tujuan. Selain itu, pada layer ini, akan menentukan protokol yang akan digunakan untuk mentransmisi data, misalkan protokol TCP. Protokol ini akan mengirimkan paket data, sekaligus akan memastikan bahwa paket diterima dengan sukses (acknowledgement), dan mentransmisikan ulang terhadap paket-paket yang hilang atau rusak di tengah jalan.

Layer 3 : Network Layer

Network layer akan membuat header untuk paket-paket yang berisi informasi IP, baik IP pengirim data maupun IP tujuan data. Pada kondisi tertentu, layer ini juga akan melakukan routing melalui internetworking dengan menggunakan router dan switch layer-3.

Layer 2 : Data-link Layer     
Befungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data dikelompokkan menjadi format yang disebut sebagai frame. Selain itu, pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow control, pengalamatan perangkat keras (seperti halnya Media Access Control Address (MAC Address)), dan menetukan bagaimana perangkat-perangkat jaringan seperti hub, bridge, repeater, dan switch layer 2 beroperasi. Spesifikasi IEEE 802, membagi level ini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control (LLC) dan lapisan Media Access Control (MAC).

Layer 1 : Physical Layer
Layer Physcal berkerja dengan mendefinisikan media transmisi jaringan, metode pensinyalan, sinkronisasi bit, arsitektur jaringan (seperti halnya Ethernet atau Token Ring), topologi jaringan dan pengabelan. Selain itu, level ini juga mendefinisikan bagaimana Network Interface Card (NIC) dapat berinteraksi dengan media kabel atau radio.

Proses pengiriman data melewati tiap layer ini bisa kita analogikan seperti ketika kita mengirim surat. Isi surat adalah data yang akan kita kirim (layer 7 -> 5). Kemudian sesuai standart pengiriman, isi surat tersebut kita masukkan kedalam sebuah amplop (layer - 4). Agar surat kita bisa terkirim, kita perlu menambahkan alamat kemana surat tersebut akan dikirim, juga siapa pengirim surat tadi (layer - 3). Selanjutnya surat tersebut kita serahkan ke pihak ekspedisi, dan pihak ekspedisi yang nanti akan mengirimkan surat kita tadi (layer -  2&1).

Packet Header
Pada ulasan sebelumnya kita membahas bagaimana proses sebuah data ditransmisi, sekarang kita akan mencoba membongkar sebuah data. Apa isi sebiah data sehingga data tersebut bisa di transmisikan. ketika kita analogikan mengirim data di internet itu seperti mengirim POS, bisa dikatakan data adalah isi surat tersebut, kemudian paket header adalah amplop, perangko, alamat, dan kelengkapan lainnya. Paket header ini memberikan beberapa informasi tambahan. Jika kita bedah sebuah paket data yang ditrasnmisikan menggunakan ipv4, maka isi dari paket data tersebut bisa kita lihat seperti gambar berikut :

 

IPVer : Menyimpan informasi versi IP yang digunakan (IPv4 atau IPv6).
IHL (IP Header Leght) : Informasi panjang keseluruhan header paket data. Minimum panjang IP header adalah 20 bits, dan maximum panjang adalah 24 bits.
TOS : Adalah sebuah field dalam header IPv4 yang memiliki panjang 8 bit dan digunakan untuk menandakan jenis Quality of Service (QoS) yang digunakan oleh datagram yang bersangkutan untuk disampaikan ke router-router internetwork. Implementasi TOS ini biasanya saat kita melakukan limitasi HIT di web proxy mikrotik atau service VOIP.
16 Bit Total Length : Isian 16 bits ini memberikan informasi ukuran keseluruhan paket(fragment)termasuk header dan data. Informasi ditampilkan dalam format bytes
16 Bit Identification, Fragment Offset Flag/Length : Pada saat ip packet berjalan di internet, paket ini mungkin akan melewati beberapa router yang tidak bisa menghandle ukuran packet, misalnya nilai Maximum transmission unit (MTU) yang dimilikinya lebih kecil dibandingkan ukuran datagram IP, maka paket akan di pecah atau di fragmentasi menjadi paket - paket yang lebih kecil untuk kemudian akan disusun kembali setelahnya. Parameter ini yang akan digunakan untuk fragmentasi dan penyusunan kembali.
TTL : Ada kemungkinan sebuah IP packet berjalan tanpa tujuan di jaringan Internet. Contoh kasus misalnya adanya kesalahan routing atau routing loop. Agar paket ini tidak berputar-putar di jaringan internet selamanya, nilai TTL ini akan dikurangi setiap kali paket data melewati router. Ketika nilai TTL sebuah paket data sudah habis atau memiliki nilai 0, maka paket tersebut akan di drop atau dibuang.
Protocol : Berisi informasi protokol apa yang digunakan untuk melakukan transmisi data.
16 Bit Header Checksum : informasi nilai yang dihitung berdasarkan kalkulasi content IP header. Digunakan untuk menentukan apakah ada error pada saat dilakukannya transmissi data.
32 Bit Source IP Address : 32 bits informasi sumber IP paket data.
32 Bit Destination IP Address : 32 bits informasi IP yang dituju paket data.
Options (if any) : Parameter ini termasuk jarang digunakan, memiliki panjang yang bervariasi, dari 0 sampai kelipatan 32 bits. Parameter ini bisa digunakan untuk menyimpan sebuah nilai untuk opsi security, Record Route, Time Stamp, dll.
Data : Berisi data yang ditransmisikan.

Dari informasi paket header diatas, pada akhirnya sebuah data bisa dikirim dari satu host ke host yang lain.